Penjualan melalui toko, kios atau kaki lima tentunya sudah menjadi pandangan sehari-hari kita. Mereka tetap terus berdagang tanpa kenal menyerah meski persaingan semakin ketat. Karena toh pasar, pertokoan atau mal tetap saja ada pengunjungnya meski kadang sepi tapi sebaliknya pada hari libur apalagi tanggal muda merupakan harapan terbesar mereka untuk mendapatkan keuntungan lebih banyak.
Pernah melihat atau mengalami sendiri acara hiburan di panggung yang diadakan di mal atau di pasar? Saya yakin kita semua pernah melihatnya bahkan ikut terlibat. Dengan iming-iming hadiah pengunjung diajak untuk mengikuti acara dengan hadiah merchandise atau produk yang dipromosikan. Inilah salah satu strategi untuk menjual produk lebih banyak meski harus mengeluarkan modal terlebih dahulu.
Strategi ini terus digunakan bahkan berkali-kali dilaksanakan menjadi acara berseri.
Strategi yang diterapkan ini dinamakan strategi aktivasi atau istilah populernya “event program”. Pada tahun-tahun belakangan ini memang cukup banyak produk baik dari yang sudah nge-top sampai yang baru lahir alias belum dikenal menggunakan strategi ini. Berdasarkan pengalaman mereka yang sudah sukses, menggunakan strategi “event program” cukup ampuh untuk meningkatkan penjualan dan meningkatkan “awareness” brand terhadap konsumen.
Semenjak konsep dan teori “experiential marketing” oleh Bernd H Schmitt berkembang diantara para praktisi marketing maupun pelaku bisnis (baca: pemilik produk), semakin banyak diadakan “event program” dengan beragam acara yang menarik dan heboh.
Ingat “Zeppelin” yang melayang di Jakarta beberapa tahun yang lalu? Zeppelin ini digunakan sebagai media untuk menciptakan “curiousity” (rasa keingintahuan terhadap sesuatu). Sehingga “memory” atau daya ingat mereka terhadap brand akan semakin kuat. Juga acara dengan melibatkan banyak orang seperti yang dilakukan oleh merk-merk ternama seperti pertunjukan musik (produk rokok), gerak jalan bersama (produk susu), makan mie bersama (produk mie), cuci tangan bersama (produk sabun), dan lain-lain
Inilah implementasi konsep “experiential marketing” yaitu sebuah konsep komunikasi marketing yang bertujuan membangun merk dan penjualan dengan melibatkan langsung target market (calon konsumen) pada acara yang dibuat. Sehingga secara total target market akan mengalami langsung (experience) sensasi acara/produk/merk sehingga tidak hanya memory tapi juga seluruh panca indera terlibat. Dengan konsep experience ini, loyalitas konsumen terhadap merk diharapkan akan semakin kuat yang ujung-ujungnya tentunya untuk meningkatkan penjualan.
Oh ya, kita kembali ke strategi komunikasi aktivasi (event). Secara implementasi sebenarnya aktivasi bisa dilakukan dimana saja dan produk apa saja selama ada “manusia” yang menjadi sasaran penjualan.
Ada beberapa strategi yang diterapkan berdasarkan lokasi seperti Modern Trade (Pertokoan modern), General Trade (Pasar Tradisional/Pasar Becek), Residential/Community (Perumahan), Factory (Pabrik), Leisure Park (Tempat Rekreasi) dan masih banyak lagi lokasi yang bisa digunakan untuk mengadakan aktivasi sesuai sasaran “target market”.
Strategi aktivasi berdasarkan aktifitas “target market” seperti arisan, kelompok ibu-ibu pengajian, kelompok pecinta alam, kelompok motor balap, dan banyak kelompok lain yang bisa dijadikan ajang promosi.
Saya kira cukup sampai disini dulu.Mudah-mudahan bisa saya lanjut dengan topik lain yang masih berkaitan dengan strategi komunikasi marketing. Kalau ada yang ingin menambahkan, silahkan sampaikan pada komentar atau lewat Email saya.
> Artikel ini saya tulis pada bula Juni, 12, 2008 di justduit.wordpress.com
Bila artikel ini bermanfaat untuk anda, silahkan Klik Disini untuk berlangganan artikel terbaru Izmild Blog GRATIS melalui email.
No comments:
Post a Comment